Sudah hampir 45 menit Hisyam berdiri didepan kelas tempat Jelita menjalani sidang-nya. Jantungnya ikut berdetak kencang, isi kepalanya berkecamuk memikirkan Jelita di dalam, tak henti-hentinya laki-laki itu menggigit bibir bawahnya sendiri tanda ia sedang gugup.

di tangannya tersemat bucket bunga besar berwarna biru —sesuai dengan request Jelita. Laki laki itu duduk didekat bangku yang tersedia sebelum menaruh bucket bunganya disamping. Kepalanya menunduk, kedua tangannya mengusap satu sama lain, dan dari kejauhan, Hisyam dapat mendengar suara langkah kaki wanita yang mendekatinya.

Ia menggunakan high heels, wanita paruh baya yang sedang berjalan mendekatinya itu memakai rok dibawah lutut berwarna coklat muda, dipadu dengan blazer dengan warna senada serta kemeja satin putih didalamnya. Rambutnya terikat rapih ke belakang, dan bahkan dari kejauhan, Hisyam dapat merasakan aura intimidasi yang menjalar dari wanita tersebut.

dan saat ia mendekat barulah Hisyam menyadari, bahwa wanita yang kini ikut duduk disampingnya membawa sebucket bunga besar berwarna biru. Sama seperti miliknya.

“Dapat jadwal sidang juga atau lagi nunggu teman?” tanya wanita itu yang langsung membuyarkan lamunan Hisyam. Laki laki itu menggeleng sebelum menjawab, “Lagi nunggu temen, bu.” Jawabnya dengan penuh sopan santun.

Wanita tersebut mengangguk, “Sudah semester berapa?” tanyanya lagi.

“Semester delapan bu,”

“Wah sama seperti anak saya,” wanita tersebut tersenyum. “Kamu jurusan psikologi juga?”

Hisyam tersenyum sebelum menjawab, “Arsitektur bu,”

Senyum wanita disampingnya merekah, dan Hisyam hanya dapat mengingat satu wanita yang dapat tersenyum sama cantiknya.