Ini malam minggu, tapi bukannya nongkrong-nongkrong cantik di cafe, Lily, Daren dan Mina malah menghabiskan waktunya kena ceramah dan omelan di rumah Mami Lita. Ibu dengan 3 anak itu ngomel panjang dari A sampai Z, bercerita bagaimana ia menghabiskan masa mudanya hanya fokus untuk belajar dibandingkan pacaran.

Namun pada akhirnya, Mami Lita memberi kesempatan untuk mereka ber-tiga. Entah mau tetap tinggal didalam satu kost —dengan syarat Daren pindah ke lantai 2 biar gak ketemu Lily dan Mina yang tinggal di lantai 1, atau pindah ke kostan lain.

Daren, yang merasa dirinya adalah inti masalah akhirnya mengalah dan setuju untuk pindah kostan. Sedangkan Mina memilih untuk pindah ke lantai 2 agar tidak mengganggu kenyamanan Lily.

Walaupun menurut Lily gaada bedanya, tapi dia tetap setuju mengingat Mina adalah sahabat dekat Jelita. Toh udah gak ada Daren ini, pikirnya.

Lily melamun sepanjang perjalanan pulang, namun kakinya spontan menginjak rem ketika dilihatnya seorang wanita berjongkok sambil menunduk didepan pintu pagar kost. Ia membuka pintu mobilnya, berlari ke arah wanita tersebut.

Wanita itu Jelita.

Rambutnya berantakan, nafasnya naik turun tak karuan, Jelita terisak hebat. Matanya merah, riasannya sudah tidak berbentuk.

Lily berjongkok dan merengkuh Jelita dalam sekejap, perempuan itu menenangkan Jelita yang masih menangis kencang. Ia mengelus kepala Jelita pelan, “Shhh.. shhh.. Jel.. its alright.. its alright.. ada gue disini..” ucap Lily menenangkan.