Jelita membalikkan tubuhnya, kedua siku tangannya menumpu berat tubuhnya, posisinya kini tengkurap menghadap ke Hisyam.
“Kiss me.”
Hisyam menaikkan sebelah alisnya, ujung bibirnya naik membentuk seringaian jahil. “Here? in your co-working space that has cctv watching us 24/7?” Hisyam melirik ke arah cctv di atas kanan mereka.
Perempuan itu cemberut, “Why not? toh aku gak bawa kamu ke kamar.”
“Jelly i’m not even supposed to be here according to your visitor hours—“ Jelita memotong ucapan Hisyam, bibirnya mengecup bibir Hisyam cepat membuat laki laki itu membelalakkan matanya kaget.
“Jel ada cctv????” Hisyam menegakkan badannya, sebelah tangannya menutupi bibirnya seakan akan takut diserang kembali oleh Jelita.
Jelita ikut duduk tegak, kini ia yang memasang senyum jahil, “Bodoamat. Hukuman karna jailin aku kaya tadi.” tangan Jelita berlipat didepan dada.
“You cant do this to me, Jel.” Hisyam menggelengkan kepalanya, “Kalo udah kayak gini pilihan keduanya masuk ke kamar kamu atau kita ke apart aku sekarang.”